Isu Terorisme: Sudah Kehabisan Ide?

Lagi dan lagi, terorisme dengan cara melakukan peledakan diri sendiri terjadi lagi di Indonesia. Dengan motif untuk "jihad fii sabilillah", mereka meledakkan sebuah gereja di Makassar, Sulawesi Selatan. Mengingatkan kita kepada kejadian yang sudah dilakukan berapa waktu silam. Dengan -bermodalkan doktrin bahwa orang-orang kafir (non-muslim) adalah orang yang halal untuk dibunuh (Selama saya mengikuti pengajian, tidak ada pengajaran semacam ini) membuat saya penasaran, kenapa selalu terjadi tindakan terorisme dengan motif dan cara yang persis? Mulai dari target, stereotipe pelaku,  hingga barang bukti. Apakah terorisme itu setara dengan sinetron umum yang kehabisan ide dalam membuat plot cerita?

Masih teringat untuk saya kasus-kasus pengeboman yang beritanya melintasi banyak kanal berita baik di media cetak ataupun media massa. Seperti contoh tragedi bom Bali 1 dan 2, peledakan Hotel J.W. Marriot, termasuk juga kasus rencana peledakan bom di sebuah gereja di Mojokerto yang berimbas kepada gugurnya seorang anggota ormas yang kisahnya diabadikan dalam bentuk film. Semuanya bermotif sama. Pelakunya merupakan muslim yang terlihat sangat agamis namun radikal, tujuan utamanya adalah untuk berjihad (berjuang dengan sungguh-sungguh), mayoritas targetnya adalah non-muslim, dan beritanya pun "meledakkan" media. 

Dari semua kasus terorisme tersebut, kita dapat melihat perubahan sikap masyarakat dalam menanggapi hal seperti ini. Dimulai dengan kasus bom Bali. Publik dirundung dengan ketakutan termasuk sebagian korban atau keluarga korban mengalami trauma hingga kini. Artinya, siapapun yang merencanakan ini dari lini atas hingga lini bawah (tersangka yang telah diketahui) sangat berhasil bila tujuan mereka adalah terorisme karena tujuan utama dari terorisme adalah membuat ketakutan, bukan?

Aksi serupa berlangsung selama bertahun-tahun. Namun dengan motif yang sama, semakin terlihat bahwa publik semakin tak gentar dengan aksi ini. Sebalkiknya, banyak penyintas mulai bermunculan untuk melawan balik tindakan terorisme yang muncul. Seperti contoh, tragedi bom sarinah yang terjadi pada tahun 2016. Banyak orang yang mencoba menyintas kasus tersebut dengan tetap berada di lokasi kejadian dan beraktivitas normal hingga mengampanyekan tagar #kamitidaktakut di berbagai media sosial. Artinya, publik mulai jengah dengan kasus terorisme yang terjadi dan tentunya merupakan kasus yang tergolong sebagai by design (kasus yang dirancang dan dipersiapkan sebaik mungkin). Dari kasus ini, mulai orang-orang semakin menguatkan satu sama lain. Terutama menguatkan para korban dan keluarga korban terorisme tersebut. 

Hingga saat ini, terlihat mereka cukup "istiqomah" dengan mengusung tujuan, target, rencana, dan bentuk aksi yang sama. Setidaknya, "persis". Kasus bom bunuh diri kembali terjadi beberapa saat yang lalu. Bagaimana respon masyarakat terhadap isu tersebut? Tidak takut sama sekali. Justru banyak yang menganggap bahwa hal ini muncul karena menutupi isu-isu penting lain yang perlu diberikan eksposur yang lebih dibandingkan aksi teroris yang nihil kreativitas. Terlebih, kita dapat melihat dari tindakan seorang petugas pengaman gereja tersebut yang tidak takut menghalau aksi teroris walaupun sudah pasti nyawa sudah harus siap dikorbankan. 

Terlepas dikatakan sebagai salah satu penghuni jagad dunia maya yang tergolong tidak sopan, kita melihat publik hari ini semakin cerdas dalam menyikapi isu terorisme ini. Tidak mudah terbual dengan tampilan teroris dan target dari aksi terorisme tersebut, slogan "Teroris tidak berasal dari agama, suku, etnis, dan ras manapun" semakin disiarkan ketika kasus serupa terjadi. Yang perlu dikasihani saat ini adalah, semakin terpuruknya para perencana aksi terorisme karena publik semakin resisten menanggapi kasus teror yang ada. Mereka lupa, negara ini semakin kuat dari banyaknya kejahatan yang ada dan sudah dimulai dari zaman kolonialisme. Saya rasa mereka terlalu sibuk dengan mempelajari dan mengajari doktrin "jihad jahad" serta mempelajari membuat rangkaian bom. Tak heran, mereka mengalami regresi dalam mencapai tujuannya. Betul?

#kamitidaktakut , karena saat ini, banyak yang semakin cerdas dan mencerdaskan. Banyak yang semakin kuat dan menguatkan. 

Atau, bom bunuh diri dewasa ini dilakukan karena banyak pelaku teror yang putus asa karena tidak mencapai target? 

2 April 2021

Andi Ilham Razak

Comments

Popular Posts