antar titik dan ruang

Selama ini, tak sedikit di antara kita yang memahami di level teori bahwa setiap manusia memiliki latar belakang hingga isi memori yang berbeda sehingga dapat menkonstruksi sebuah acuan temporer yang kerap kita kenal dengan istilah sudut pandang atau perspektif.  

Tidak sekali atau dua kali di dalam suatu perkelahian atau perdebatan yang tak jarang tak ada dasarnya itu mengambing hitamkan sudut pandang. Perbedaan sudut pandang akan selalu dilibatkan sebagai salah satu kemungkinan penyebab dari munculnya hingga melebarnya pusara konflik. 

Tetapi, apakah benar semua itu hanya perkara berbeda perspektif saja? 
Atau, sebenarnya kita masih belum memahami apa itu perspektif hingga sedang berdiri pada perspektif yang manakah kita di setiap detiknya?

Sudut pandang itu kondisi dimana kita sedang melihat, meraba, merasakan, hingga menyikapi satu hal atau fenomena yang sedang berada di hadapan kita. Namun, tak hanya kita yang sedang berada di hadapan hal yang sedang kita hadapi. Entah hal itu berupa apapun, tapi kita tak sendiri. Banyak orang-orang lain yang menempati sudut-sudut yang ada di sekitar kita. 

Sudut pandang terlalu rendah bila terus menerus dituding sebagai penyebab dari segala konflik yang terjadi antara dua atau banyak orang. Karena bisa saja permasalahannya bukan pada perbedaan sudut pandang. Sebaliknya, kita masih banyak yang tak tahu di titik mana kita dan mereka sedang berpijak dan menikmati segala hal tersebut dengan seluruh indera kita. 

Saya rasa, kita semua perlu untuk belajar kepada para seniman yang ada di luar sana untuk memahami apa itu perspektif dan bagaimana untuk membentuk dan menggunakannya. Sekalipun kita bukan lah pekerja seni ataupun orang yang sangat mencintai karya seni. 

Sebenarnya, ada hal lain yang kita lupakan yang berkaitan pula dengan perspektif.

Tak jarang diantara kita lupa bahwa sebenarnya dengan mengakui kita memiliki sudut pandang atas segala sesuatu sama saja dengan kita mengatakan bahwa setiap dari kita memiliki titik buta. Ada beberapa ataupun banyak area yang tidak dapat kita lihat hingga rasakan. Setiap dari kita memiliki keterbatasan untuk menjelajahi setiap rinci dari segala hal yang ada. 

Namun bisa jadi yang lain sedang duduk pada perspektif yang perlu kita ketahui dan kita perlu berikan ruang dan waktu pada mereka untuk memberikan apa yang mereka lihat, rasakan hingga mereka pahami dari hal yang sama dan sedang kita amati bersama. 

Jadi, tak ada salahnya untuk mengintip suatu hal dari sudut pandang lain yang dapat kita ketahui dengan melihat dan merasakan apa yang diekspresikan orang lain ketika kita sedang sama-sama menghadapi suatu hal yang sama. 

Dari poin itu kita tahu bahwa perspektif bukanlah sebuah perkara, melainkan hanya sebuah hal yang nilainya akan menyesuaikan kepada siapa yang sedang menggunakannya. Perspektif bukanlah sebuah penghambat, namun penuntun untuk mengenal dan memahami lebih.hal yang sedang kita hadapi dari segi yang lebih esensial. Tetapi, semua kembali lagi kepada siapa yang menggunakannya. 

Semakin mengenal perspektif , maka sama saja dengan semakin menjadi manusia yang manusiawi.

Comments

Popular Posts