Males baca nih (Part 2)

Don't Stop Me Now

Don't stop me now, I'm having such a good time
I'm having a ball
Don't stop me now
If you wanna have a good time, just give me a call
Don't stop me now



Sejak saat itu, mulai antusias untuk mengawali membaca buku sebagai trend sehari-hari. Dimulai dengan memaksa membaca buku yang ada di rumah dan di perpustakaan. Baik buku novel, hingga buku resep masak. Banyak buku yang sudah dibaca, namun masih belum dapat merasakan bagaimana nikmatnya membaca buku dan mendapat kepuasan intelektual sendiri dari membaca buku.

Belum, dan masih terus mencari dan berusaha mendapatkannya. Tak hanya ingin mendengarkan "kata orang" saja. Karena yakinlah, mendapatkan sebuah achievement dari usaha sendiri itu lebih asik. Iya gak? 


Bagaimana meningkatkan minat membaca?

Sebuah pertanyaan klasik yang tidak jarang muncul di beberapa momen seperti seminar, kajian literasi, atau  sesi tanya jawab yang menghadirkan seorang penulis buku atau penggiat literasi (dikenal dengan istilah bookworm , kutu buku, hingga nerd untuk istilah yang lebih "kasar").

Lalu bagaimana jawabannya?

Jika kisanak menebak saya akan mencari informasi lewat daring, maka saya akan menjawab iya untuk praduga itu. Sebagai salah seorang warganet, tentunya saya mengoptimalkan internet. Bergegas untuk berselancar bersama laptop kesayangan dengan memanfaatkan kesempatan akan keberadaan Wi-Fi di sekitar. Yup, didapatlah berbagai macam artikel yang menyajikan tiap sudut pandang yang khas sesuai dengan pengalaman penulis atau berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan.

Sialnya, seluruhnya tidak bisa saya lakukan.
Mulai dari belajar fokus membaca, mempelajari teknik membaca skimming dan scanning, membaca buku di suasana yang kita sukai seperti di cafe, hingga "mencuri" waktu untuk mencicil kegiatan membaca buku. Masih belum kunjung membawa dampak.

Walaupun nihil, terus coba lagi deh. Gak ada salahnya kan? Enjoy your life, do some experiments in it. It doesn't matter. Try and error. Remember??



If you never try, you'll never know

And high up above or down below
When you're too in love won't let it go
But if you never try, you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Lagu "fix you" dari Coldplay mengalun dengan asik lewat telefon genggam saya. Memang perlu saya akui bahwa saya sangat menyukai Coldplay sedari awal saya mengenal dan mendengar lagunya yang berjudul yellow. Lagu ini mulai hits semenjak awal tahun 2000an. Beruntungnya, di salah satu tv swasta masih ada program acara musik internasional yang acapkali menayangkan lagu-lagu "barat". Salah satunya merupakan lagu yang dibawakan oleh band bergenre alt-rock ini.

Oke lupakan dan maafkan intermezzo saya mengenai preferensi musik yang tidak ada hubungannya dengan judul pada blog ini.

Tetapi tunggu dulu. Ada yang janggal namun menarik dari sini.

"genre"

Semua orang memiliki preferensi musik yang berbeda kan? Ada yang menyukai alt-rock , ska, blues, hingga orchestra bukan? Tentunya preferensi musik yang dimiliki oleh setiap orang berdasarkan dari banyak latar belakang. Bisa jadi satu sama lain memiliki latar belakang yang sama, bisa juga satu sama lain sangat kontras. Namanya juga manusia, namanya juga hidup.

Bagaimana bila selama ini yang menjadi akar permasalahannya adalah....
Kita tidak tahu genre buku kita dan hanya sekadar membaca buku yang kita miliki atau yang berada di sekitar kita. Lalu, karena ketidakpedulian kita akan preferensi buku inilah yang menyebabkan minat baca kita sangat rendah selama ini.

Sepertinya, untuk mengatasi ini semua perlu ada satu pembenahan. Yaitu pembenahan pertanyaan yang seharusnya diajukan untuk mengatasi kasus yang dapat menimbulkan dysgraphia ini. Yang semula selalu kita ajukan pertanyaan yang serupa seperti:

"Bagaimana cara/kiat meningkatkan baca buku?"

Kita ubah menjadi

"Jenis buku apa yang kita sukai?"

Sesuai dengan bagian lagu dari Coldplay yaitu "If You never try, You'll never know", segelintir usaha pencarian dan percobaan pun dimulai. Percaya saja terlebih dulu. Bahwa sesuatu sedang menunggu dibalik sekian banyak usaha yang perlu dilakukan. 

Penjelajahan ke sebuah angkasa aksara

Ternyata, setelah mendapat pemecahan masalah ini saya mendapatkan sebuah masalah baru yang sudah siap menghampiri saya sejak awal.

"Bagaimana menentukan untuk membeli buku yang berjenis apa?"

Seperti yang kita tahu, buku pun banyak jenisnya. Bahkan novel sendiri pun masih terbagi menjadi beberapa jenis lagi. entah itu romance, comedy, horror, atau apapun itu.

Salah satu alternatif yang saya lakukan untuk menjawab ini adalah dengan mengunjungi beberapa toko buku. Ya setidaknya untuk melihat-lihat saja buku yang ada. Bisa saja menarik perhatian untuk membelinya. Bukan begitu?

Saya memerhatikan setiap buku yang terpampang rapi pada rak-rak toko buku. Dari buku keislaman, hingga buku kamus dan grammar pun saya lihat dan saya baca bagian awalnya atau beberapa bagian isi bukunya bila buku tersebut sudah tidak bersampul plastik sedari awal.

Entahlah, mungkin karena memiliki motivasi awal yang cukup baik dan mulai teradaptasi untuk sedikit-sedikit membaca apapun yang bisa saya baca. Ketika saya menjelajahi tiap buku-buku yang ada, saya merasa nyaman untuk membaca beberapa buku. Seperti buku leadership, buku-buku keislaman, hingga buku novel walaupun kebanyakan hanya sinopsisnya yang saya baca dikarenakan masih tersampul rapi dengan plastik beserta dengan price tag di bagian pojok bawahnya.

Namun, saya belum menemukan buku yang cocok dengan saya. Setidaknya saya anggap kunjungan saya ke toko buku ini menjadi "masa orientasi" bagi orang seperti saya yang tidak terlalu familiar, apalagi merasa sangat senang ketika seorang penulis buku termasyhur telah mengeluarkan buku baru atau akan ada pameran buku dengan diskon yang cukup menarik.

Tapi saya yakin. Mulai dari sini, perubahan saya akan semakin progresif. Bermula dari tidak mau membaca buku apapun itu (apalagi textbook sekolah atau beberapa mata kuliah tertentu), hingga pada saat ini mulai sudi untuk membaca buku walaupun belum seberapa.

Memadukan buku dengan "kecenderungan"

Ketika di akhir tahun 2016, seseorang memberikan saya sebuah hadiah berupa buku bacaan. Selepas itu, dia mengatakan hal yang saya setujui namun belum dapat saya rasakan.

"You are what you read"

Kurang lebih seperti itulah kata-katanya. Sederhana, mudah dimengerti serta menggugah rasa penasaran untuk menyeruak. Bukan sederhana seperti layaknya rumah makan tentunya.

Saya tidak menanyakan maksud dari pernyataan tersebut ke orang yang bersangkutan apalagi mengajaknya berdialog hingga berdiskusi. Yang saya akan lakukan adalah mengamati orang-orang yang suka membaca buku tertentu atau seseorang yang suka membaca buku apapun itu yang sedang ia baca. Apakah betul adanya jika buku akan membentuk seseorang?

Tentu saya masih belum bisa mempercayainya. Saya bukan pecinta buku. Setidaknya, belum mencapai titik itu.

Petualangan kembali dimulai. Dengan menyiapkan beberapa pertanyaan, saya mendatangi beberapa teman yang suka membaca buku. Pertanyaan yang saya ajukan diantaranya:
1. Mengapa senang membaca buku?
2. Buku terfavorit?
3. Jenis buku yang sering dibaca? Mengapa?

Dari beberapa sampling yang saya lakukan, beberapa orang yang saya sudah lihat kesehariannya beserta dengan jenis buku yang sering dibaca, ditemukan adanya korelasi antar keduanya.

Ada seorang teman yang berkecimpung di dunia da'wah. Ternyata, salah satu penggeraknya adalah beberapa buku yang ia telah baca seperti Sirah Nabawiyah, Fiqih Dakwah, dan beberapa buku serupa . Ada juga senior yang menggeluti dunia konservasi. Bacaannya pun tak jauh dari itu. Namun ada pula yang membaca buku mengenai sejarah dan sospol. Oleh karenanya ia dikenal dengan militansinya, gaya berorasi yang apik, serta daya critical thinking yang ia miliki. Bagaimana denganmu? Apakah buku sudah "membentuk" dirimu?

Keseharian saya di kampus yang lebih senang mengurusi segala kegiatan yang ada di organisasi yang sedang saya ikuti seperti BEM dan kelompok pemerhati konservasi membuat saya merasa lebih "hidup" di tengah ketidaksukaan saya terhadap beberapa hal yang saya lihat. Berdiskusi, menyalurkan ide, memengaruhi opini, membuat konsep dan perencanaan, dan masih banyak hal-hal lain yang mulai saya "cintai" di sini. Astaga, sesenang ini rasanya ya.

Dilanda bosan akan kualitas diri yang "stagnan"
/stag·nan/a cak dalam keadaan terhenti
sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online


Saya tidak senang ketika pencapaian yang saya miliki. Stagnan merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan situasi seperti ini. Sistem kerja yang statis, beberapa permasalahan diri dan pekerjaan yang tak kunjung muncul penyelasaiannya, hingga tidak ada pembaharuan yang berarti.

Pada momen inilah saya mulai merasa jenuh. Jenuh yang sejadi-jadinya.

Selepas ini, Saya akan tunjukkan bahwasanya saya memiliki beberapa spesialisasi yang "mahal" dan mampu "menekuk"stigma orang atas sekian banyak cercaan yang mereka timpakan terhadap saya. Harus.

Oleh karena itu, saya memulai menganalisis diri. Bermodalkan mempelajari SWOT analysis yang didapatkan dari kegiatan pelatihan dan diskusi dengan senior, saya mulai menganalisis segala sesuatu dari diri saya sendiri. Hasilnya?

Dari sana lah saya mengetahui beberapa kekurangan saya. Sehingga, yang saya pikirkan adalah "bagaimana caranya mempelajari semua ini?"

Mulailah saya membaca buku self-improvement seperti buku tentang manajemen, leadership, dan buku-buku lainnya yang menunjang saya untuk berkembang di organisasi. Sejalan dengan itu, beberapa kesempatan saya dapatkan untuk menerapkannya di dalam pekerjaan yang sedang saya hadapi dan tekuni.

Dengan menerapkan metode baca dan tulis inti secara langsung, saya mulai membaca buku-buku seperti "the 21 indispensable qualities of a leader" dari John C. Maxwell. Salah satu pakar leadership yang terkemuka bila kalian sudah lama menggemari topik leadership yang umum dibahas di pelatihan keorganisasian dan di beberapa korporasi untuk meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki.

Wah, semakin seru juga petualangan membaca buku ini, ya. Seru karena bisa menerapkan dan berbagi. Sesederhana itu, namun rasanya sangat senang ketika diri ini mulai mengalami peningkatan walaupun bersusah payah dan bertahap.

Comments

Popular Posts