Leiden is lijden : Seberapa Menderitakah Seorang Pemimpin?


     Hari ini, izinkan saya akan membagikan sebuah kalimat dan hasil pemikiran saya sendiri mengenai kalimat ini. berbunyi :
                                                               
                                                                 "Leiden is lijden".
   
     Kalimat ini bermula dari seorang Mr. Kasman Singodimedjo yang pada tahun 2018 lalu diremiskan secara administratif sebagai pahlawan nasional. Seorang Jaksa agung, dan juga ketua KNIP yang saat ini kita kenal sebagai DPR RI. tak hanya menjadi seorang pahlawan nasional, tapi beliau telah menjadi pahlawan untuk saya karena telah mengajak saya untuk berpikir mengenai kalimat sederhananya yaitu leiden is lijden yang belum lama ini saya dengar dan dengan mudahnya masuk ke dalam long term memory saya sehingga selalu terngiang di benak saya mengenai kalimat ini.

     Jari jemari saya mulai mengetik kalimat leiden is lijden di mesin pencarian google. Karena saya ingin mengetahui apa arti dari sebuah ungkapan berbahasa belanda ini. setelah saya cek, kalimat ini membuat saya menjadi terhentak.

"MEMIMPIN ADALAH MENDERITA"

Memimpin adalah menderita, katanya...
Bung, bagaimana bisa seseorang menyusun kalimat seperti ini? kalimat yang membuat setiap diri yang merasa sedang memimpin pun berfikir. Termasuk saya sendiri yang terbawa oleh kalimat ini dari awal walau tidak mengetahui artinya. Dan setelah mengetahui arti dari kalimat ini, timbul beberapa pertanyaan yang perlu saya cari tahu lagi jawabannya.

  • Apakah memang benar bila memimpin harus menderita?
  • Apakah selama saya memimpin sudah menderita?
  • Penderitaan apa yang dirasakan oleh para pemimpin? 
  • Apa tolak ukur yang dapat digunakan agar dapat mengatakan "pemimpin itu telah menderita"?
     Terlihat seperti rumusan masalah pada proposal penelitian bukan? Padahal hanya bersumber dari sebuah kalimat yang mungkin tidak memiliki dampak seperti naiknya bahan bakar minyak (BBM) yang akan berdampak pada meningkatnya pengeluaran kita untuk membeli makanan ataupun untuk mengisi bahan bakar kendaraan pribadi kita. atau seperti lemahnya rupiah yang menyulitkan kita untuk membeli gadget dan branded imported products .
     
      Hingga saat ini, belasan riwayat organisasi sudah melekat di halaman curriculum vitae saya. I don't mean to show off that I have a full of experience so far, tapi dengan sekian pengalaman itu, saya dapat setuju dan tidak setuju dengan kalimat ini. Saya SANGAT SETUJU dengan leiden is lijden karena banyak hal yang perlu dikorbankan ketika kita memimpin. baik dari fisik, pemikiran, emosi, materi, hingga waktu yang selalu kita dengar "time is money" atau "time is priceless". Pernahkah kalian sedang merasa sangat lelah dan tiba-tiba ada yang mengingatkan kalian "hey, besok kita jadi meeting kan untuk bahas tentang upcoming event kita?" atau ketika kita terjebak dengan konflik batin di antara dua kata yaitu "menyerah" atau "berjuang", seperti kata pahlawan kemerdekaan yaitu "merdeka atau mati". and I think it's one of hardest situation i've ever had. mungkin beberapa di antara kalian pernah mengalami hal tersebut or even worse. Tapi seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya pun tidak sepakat dengan kalimat ini. namun tidak akan saya paparkan sekarang juga agar anda tidak bosan untuk membaca picisan ini.

      Kalau saya mengingat kembali masa dimana saya mengemban amanah untuk menjadi pemimpin di beberapa tempat, saya ingat dimana saya harus mulai mengenal tiap rekan-rekan kerja saya. mulai dari cek semua latar belakang mereka, hingga mengenal mereka secara langsung dan monitoring secara rutin. hingga menganalisis kebutuhan publik akan eksistensi organisasi di tempat saya bekerja, mulai menyusun rencana program kerja, hingga menjalankannya.
   
      Hal di atas sudah pasti banyak orang yang telah merasakannya.

        Sepertinya masih banyak lagi yang belum saya sebut terkait pekerjaan seorang pemimpin yang pernah saya jalani. but, the thing is, saya merasakan cukup penderitaan walaupun mungkin belum seberapa dibandingkan orang-orang lain. Jadi, saya mengiyakan pertanyaan nomor dua yang telah saya buat sendiri. I have already struggle enough when I was a leader or a chief.

        Menjadi pemimpin itu berat. Karena ia perlu memahami setiap rasa hingga setiap buah pikiran dari manusia yang memiliki intrik yang beragam. Seorang pemimpin perlu memahami dan menyelesaikan masalah seorang staff yang telat karena perlu mengurus ibunya yang sakit. Seorang pemimpin perlu menguatkan hati untuk bertemu dengan staff yang siap "menerkam" nya akibat keluhan perkara gaji yang tak kunjung naik, hingga seorang pemimpin perlu menguasai segala kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin. Tentu itu tak bisa didapat dalam waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya.

        Akhir cerita "ngalor-ngidul" ini adalah........

        Memang, berat menjadi seorang pemimpin. Penderitaannya tak akan pernah usai. Terlebih, urusannya tidak sekadar dengan manusia saja. Ia pun perlu menyerahkan segala detil laporan pertanggung jawabannya kepada yang Maha Kuasa ketika ia lengser di dunia ini. Namun, bukan berarti bahwa tidak perlu berniat, mengkhayal, ataupun mengurungkan niat untuk berani memimpin walau hanya di sebuah lingkup kecil, namun kuatkanlah diri. Carilah latar belakang yang indah dan baik sehingga hal tersebut mampu menguatkanmu ketika sedang berada dalam fase yang cukup "terpuruk" sebagai seorang yang memegang tampuk kepemimpinan. Pemimpin pun tidak disarankan untuk berhenti belajar. Teruslah belajar, baca kondisi zaman dan akan kita ketahui problematika yang perlu penyelasaian yang apik dan cepat, pastinya.

       Jadi, tunggu apalagi? Segera siapkan diri masing-masing. Percayalah, pemimpin baik lahir dari orang baik. Bukan hanya menikah yang memerlukan fase pemantasan diri. Lebih dari itu, memantaskan diri menjadi pemimpin pun perlu. Jangan sampai pada akhirnya tiap dari kita hanya mampu menjadi "grumpy netizen" yang hanya dapat mengkritik dengan sumpah serapah, tanpa data, tanpa daya.

       Sekian. Sampai jumpa di lain hari, hari dimana kita meraih "victory" yang selama ini kita dambakan. Sampai bertemu di sesi silaturahim akal dan rasa di post lainnya.
 



 








Comments

Popular Posts