Membenci Hujan

Barusan saja, hujan angin seketika mengguyur kota. Segera, orang-orang di jalan menyelamatkan diri selayaknya serangga kecil yang berhamburan saat disiram segelas air. Tidak peduli kalau sekarang ini malam minggu, waktu yang acapkali digunakan untuk bersenang-senang. 

Mulai dari halte, tepi terowongan, hingga warung-warung kecil pun dikerumuni oleh mereka yang ingin berteduh di saat perasaan yang tidak teduh. Memikirkan pasangan yang sudah menunggu lama di tempat makan, jemuran di kost yang sedang pasrah akan basah, atau karena baru saja mencuci motornya.



"SIAL!! AKU BENCI SEKALI HUJAN!!" Terdengar umpatan perempuan di sebelah yang rambutnya sudah lepek. Tergambar jelas omongan itu tidak main-main. Yang lain pun berbicara. Sayangnya, riakan air hujan membungkam cibiran mereka. 

Namun, siapa sangka. Ada wajah yang penuh harap sudah menanti. Seorang bapak sudah siap dengan kumpulan jas hujan sekali pakai yang ia jajakan ke mereka yang berteduh. Ada yang terburu-buru ingin cepat sampai ke tujuan dan lekas membeli jas hujan itu. Sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah rasanya sebanding agar nyamuk tidak berlama-lama mengganggu di tempat berteduh.

"Alhamdulillah. Lumayan lah buat anak gue bisa beli buku tulis. Berkah.. berkah."

Hujan ternyata sedang meneduhkan sebagian dari kita yang sedang cemas.

Comments

Popular Posts